Rabu, 04 Januari 2012

Guru Mendidik Masa Depan

“Lebih baik anak Anda berada di sekolah yang jelek dengan guru hebat daripada di sekolah bagus tetapi dengan guru yang payah” (Erick Hanushek)
Di jaman digital seperti sekarang dengan arus informasi yang begitu deras membanjiri masyarakat dan ketika semua orang, pun tak terkecuali para siswa, begitu mudah berselancar di samudra ilmu pengetahuan yang terbentang luas, apakah guru masih diperlukan? Lantas dimanakah peranan guru mesti diletakkan? Atau jangan-jangan guru sebenarnya sudah tidak penting lagi?
Dalam satu dasa warsa terakhir, dunia pendidikan kita tampaknya tidak bergerak kemana-mana. Reformasi pendidikan belum menyentuh akar persoalan pendidikan, serba tanggung, tidak jelas dan tidak tentu arah. Salah satu yang cukup akrab di telinga kita yang tersisa dari reformasi pendidikan adalah istilah guru sebagai fasilitator pembelajaran. Tetapi apa maknanya?


Acapkali guru sebagai fasilitator pembelajaran dimengerti sebatas siswa sendiri yang semestinya aktif dalam proses pembelajaran. Sementara guru malah cenderung menarik diri, pasif, mengurangi perannya dalam proses pembelajaran dan kadang malah melepas sebagian tanggung jawab dari yang semestinya. Sebagai contoh, jika hasil belajar siswa tidak bagus, kurang memuaskan maka pertama-tama yang ditunjuk tidak optimal dalam pembelajaran adalah siswa. Guru tidak perlu merasa ikut bertanggung jawab, sebab bukankah guru sebagai fasilitator pembelajaran saja? Begitulah, guru tanpa sadar melemahkan posisinya sendiri.
Menarik untuk menengok hasil survei yang dilakukan Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) pada bulan Oktober 2010 hingga Januari 2011 lalu terhadap siswa dan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Jabodetabek. Survei itu menunjukkan hampir 50 persen pelajar setuju dengan aksi radikalisme. Hal ini, menurut survei itu, tidak lepas dari pandangan guru yang cenderung mengiyakan dan setuju terhadap radikalisme. Hasil survei itu seolah mempertegas keyakinan bahwa apa yang ada dibalik isi kepala siswa adalah guru. Apa yang diajarkan oleh guru di kelas, sikap dan cara pandang guru sangat mempengaruhi sikap dan cara pandang siswa. Demikianlah, seperti diungkapkan ST Kartono dalam berbagai kesempatan, apa yang diingat siswa dari seorang guru adalah apa yang dilakukan, sikap dan perilaku guru, melebihi materi pelajaran yang diajarkan oleh sang guru. Pada akhirnya, hal baik atau hal buruk yang diajarkan oleh guru akan tercermin dari sikap dan perilaku siswanya.
Pada titik itulah sesungguhnya tampak peran strategis guru. Guru sebenarnya mempunyai peran dan potensi luar biasa untuk mempengaruhi masa depan. Bagaimanapun para murid sekarang adalah masa depan masyarakat yang akan datang. Apa yang mereka pelajari sekarang di ruang-ruang kelas di balik tembok sekolah akan tercermin di waktu mendatang. Oleh karena itu, semestinya para guru mengajarkan hanya hal-hal yang baik kepada muridnya, jika mengharapkan masyarakat yang baik di masa depan. Sebaliknya kalau sedikit saja hal tidak baik tumbuh di kelas, bukan tidak mungkin masyarakat kacau balau yang jauh dari keadaban yang akan lahir di masa mendatang.
Bagaimanapun guru masih dibutuhkan untuk mendidik masa depan. Pertanyaannya guru seperti apa yang dibutuhkan jaman sekarang? Dalam reformasi pendidikan di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia, salah satu yang menjadi fokus adalah bagaimana mendorong guru mencapai standar yang lebih tinggi dengan memperketat syarat akademik dan kognitif untuk menjadi guru, seperti misalnya dengan menentukan syarat minimal menjadi guru adalah S1 atau dengan program sertifikasi guru. Tetapi sejauh mana hal itu berdampak bagi perbaikan atau peningkatan mutu pembelajaran, lebih jauh kualitas pendidikan?
Mungkin kita akan sedikit terkejut melihat hasil penelitian yang dilakukan oleh Thomas J. Kane, Douglas Staiger, dan Robert Gordon. Kelompok peneliti dari beberapa universitas di AS ini meneliti tentang mana yang lebih baik guru yang memiliki sertifikat pengajar atau gelar magister. Kedua kualifikasi itu mahal dan menuntut waktu, meskipun demikian hampir semua daerah menginginkan para guru memilikinya. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa keduanya tidak berpengaruh dalam pembelajaran di kelas. Nilai tes, gelar pascasarjana, dan sertifikat pendidik – biarpun tampak berhubungan dengan kemampuan mengajar – ternyata sama tak bergunanya dalam menunjukkan keberhasilan mengajar.
Dan jika kita melongok dalam praktik pendidikan di negeri ini, kita pun akan mengiyakan dan sepakat dengan hasil penelitian tersebut. Kurang lebih sudah lima tahun terakhir ini program sertifikasi guru dilaksanakan, tetapi sejauh mana upaya itu mendongkrak kualitas pelayanan pendidikan di negeri ini menjadi semakin baik? Kok tampaknya masih jauh panggang dari api. Dalam praktik di sekolah, belum tampak nyata bedanya antara guru yang bersertifikat pendidik dengan guru yang belum bersertifikat.
Semua guru bisa membawa seorang anak ke ruang kelas, tetapi tidak setiap guru bisa membuatnya belajar. Di jaman kini, tampaknya penguasaan materi ajar atau pandai secara pengetahuan saja tidak cukup bagi seorang guru. Dalam banyak hal, seringkali keberhasilan belajar siswa justru dipengaruhi hal-hal diluar yang tidak secara langsung berkait dengan pelajaran atau kemampuan guru mengajar. Ada banyak hal lain yang tidak tampak dibalik transfer knowledge yang harus dipahami oleh guru agar dapat membuat siswa belajar.
Mengenal dan memahami konteks siswa secara mendalam merupakan salah satu jalan bagi guru untuk bisa mengajak siswa belajar. Dengan mengenal pribadi siswa secara baik, guru bisa memilih berbagai cara untuk melecutkan kemampuan anak sesuai karateristik masing-masing hingga mampu mengembangkan potensi diri, bahkan jauh melampui yang dibayangkan. Dengan mengenal dan memahami pribadi siswa secara mendalam, guru akan dengan mudah dapat menyentuh hati dan sisi manusiawi peserta didik. Dan percayalah, siswa akan melakukan apa saja, jika hatinya tersentuh dan bathinnya tergerak. Begitulah semestinya pendidikan. Pendidikan yang menyentuh hati dan bathin peserta didik.
Tidak mudah memang mendidik di jaman sekarang. Meskipun begitu harus tetap ada orang-orang yang tak boleh lelah mendidik anak-anak bangsa ini. Agar tidak mudah patah dan gampang menyerah dalam kompleksitas persoalan pendidikan, seorang guru mesti memiliki visi yang jelas sebagai dasar yang melandasi pilihan hidup sebagai pendidik. Disanalah para guru menggantungkan impian masa depan pendidikan.  Karakter yang kuat plus motivasi yang tinggi mesti ada dalam diri guru. Pun sikap lembut hati sekaligus rendah hati. Lembut hati dibutuhkan agar guru mampu menyentuh hati dan jiwa terdalam anak-murid, sedangkan rendah hati adalah sikap dasar yang mesti dimiliki oleh seorang pembelajar, dengan begitu guru akan terus menerus menjadi manusia pembelajar. Dan sebab pendidikan adalah proses pemanusiaan, maka seorang guru diandaikan dengan sendirinya menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian dan menghargai kehidupan.
Diakui atau tidak, guru memegang peranan penting dalam keberhasilan proses pendidikan. Tokoh sentral dalam proses pendidikan adalah guru. Siswa belajar atau tidak, itu sangat tergantung gurunya. Erick Hanushek, seorang ahli ekonomi di Stanford university bahkan meyakini bahwa pengaruh guru mengalahkan pengaruh sekolah: anak Anda lebih baik berada disekolah jelek dengan guru hebat daripada di sekolah bagus dengan guru payah. Kesimpulan banyak penganjur perubahan dalam dunia pendidikan pun mulai menyarankan bahwa yang paling penting adalah mencari orang-orang berpotensi untuk menjadi guru hebat melebihi memikirkan anggaran pendidikan, ukuran kelas, dan rancangan kurikulum. Betapa sungguh luar biasanya guru!
Akhirnya, tugas seorang guru adalah mengantarkan siswa hingga memasuki pintu gerbang keberhasilan, meski mungkin ia sendiri tidak akan pernah memasuki pintu itu. Itulah hakekat guru, menjadi pengantar bagi manusia-manusia muda memasuki masa depan yang lebih baik.
HJ. Sriyanto
Guru SMA Kolese De Britto Yogyakarta

print this page

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Abahvsan | Bloggerized by Free Blogger Templates | Walgreens Printable Coupons